Jurnalikanews – Otak kita sering membuat kita gampang percaya pada informasi yang kita terima, karena hal tersebut membuat kita belajar untuk efisien dan tidak perlu waktu untuk mencari informasi yang benar.
David Rapp, PhD, seorang profesor psikologi dan pendidikan di Northwestern University di Illinois, Amerika Serikat, mengatakan bahwa kita tidak pernah mengambil pelajaran dari informasi yang tidak akurat karena kita adalah orang yang buruk atau tidak mau bekerja keras mencari kebenaran.
Selain itu dalam beberapa kasus, kita gampang menerima informasi karena biasanya yang dikatakan orang kepada kita adalah benar. Menurut David, saat kita mendapat informasi baru, informasi lama yang kita terima bukan berarti hilang, justru keduanya hidup bersama dalam pikiran kita.
Ada beberapa faktor yang menentukan informasi mana yang akan kita pakai saat sebuah situasinya muncul. Seringkali, kita bakal mengutip informasi yang kita dengar baru-baru ini, meskipun informasi itu salah.
Mengapa demikian? Karena informasi tersebut lebih segar dalam pikiran kita, ingatan jangka pendek lebih mudah diakses otak kita daripada fakta yang kita dengar lebih lama.
“Seringkali kita harus berpikir lebih keras untuk mengingat informasi sebelumnya, sehingga orang akan sering mengabaikan fakta-fakta tersebut demi informasi baru yang sebenarnya tidak akurat,” ujar David Rapp, dikutip dari Reader’s Digest Asia.
Kita juga cenderung menerima fakta yang terdengar lebih masuk akal. Terkadang, informasi itulah yang ingin kita percayai, padahal informasi itu belum tentu benar.
“Mereka punya harapan, keinginan, bias, preferensi atau tanggapan tertentu yang selaras dengan apa yang mereka harapkan menjadi kenyataan,” ucapnya.
Tetapi, segala sesuatunya menjadi lebih rumit ketika informasinya merupakan campuran antara yang benar dan salah. Misalnya, kita bisa menganggap apapun yang ada dalam “Game of Thrones” sebagai fiksi, tapi otak kita tidak yakin apakah deskripsi London dalam “Harry Potter” akurat atau tidak.
Otak kita dapat melacak yang benar atau salah dalam situasi itu dengan memilah hal yang kita dengar atau baca sebagai fiksi total, atau secara sadar menandai fakta individu sebagai benar atau salah.
Masalahnya, kadang kita susah berpikir kritis ketika dalam kondisi tertentu. Misalnya saat kita sedang bersenang-senang, atau sedang asyik bermain media sosial, karena saat itu otak kita sedang dalam pola pikir santai dan tidak dalam posisi waspada terhadap serangan kebohongan.
Kamu juga mungkin lupa teman mana yang memposting apa, atau artikel mana yang mereka kutip. Nah, makanya, jangan lengah tiap kali kamu membaca sesuatu, terutama informasi yang
sensitif atau mencurigakan. Carilah sumber tepercaya yang didukung data, kutipan dan bukti lainnya. Dengan kemudahan di zaman sekarang, kita bisa mencari segala sesuatu di internet, tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. (DV)
Referensi :