JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Sudah Meratakah Pendidikan di Indonesia?

Sekolah merupakan suatu sarana untuk membentuk karakter suatu bangsa. Dimana yang nantinya  generasi penerus dapat menghadapi tantangan dunia dan pendidikan yang semakin besar dengan prestasi yang baik pula. Pendidikan merupakan suatu faktor penting dalam sebuah negara. Karena dengan pendidikan yang baik akan mencetak dan melahirkan generasi penerus yang cerdas dan kompeten. Pendidikan merupakan suatu hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap orang. Dengan pendidikan seseorang mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan, sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan berkarakter.
a
Namun pendidikan di Indonesia masih memiliki banyak kendala diantaranya sarana dan prasarana pendidikan belum memadai, jumlah guru yang tidak merata disetiap daerahnya,  kualitas guru, dan keterbatasan akses pendidikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan seperti factor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan lingkungan.  Dalam faktor politik misalnya pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti memberikan dana kepada sekolah, namun dana tersebut tidak sampai kepada yang berhak dan terjadi korupsi. faktor ekonomi yaitu masih banyak buku beredar disekolah atau buku mahasiswa yang sangat mahal sehingga mempersulit bagi orang yang tidak mampu dan tidak meratanya beasiswa disejumlah daerah seperti daerah terpencil. Faktor sosial yaitu kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Dalam faktor teknologi kita harus mengikuti perkembangan, hal ini sudah mulai berkembang karena sudah adanya E-book sehingga lebih mudah mendapatkan ilmu pengetahuan, namun ada pula yang belum bisa mengikuti seperti daerah terpencil karena mereka tidak mengenal teknologi.
Kurangnya sarana dan prasarana dirasakan oleh masyarakat suku laut di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau tepatnya berada di Pulau Mensemut, Desa Penaah, Kecamatan Senayang. Masyarakat Lingga sangat semangat untuk mengenyam pendidikan meskipun dengan kondisi yang sangat sederhana. Mereka menggunakan fasilitas seadanya yang ada di sekitar. Kondisi fisik bangunan sekolah sangat memprihatinkan karena bangunan tersebut berdinding  atap kajang dengan luas bangunan 4×3 meter. Namun hal tersebut merupakan ciri – ciri atau karakteristik rumah kajang orang suku laut. Mereka beranggapan itu adalah hal biasa karena bangunan tersebut dibuat oleh warga setempat tanpa bantuan pemerintah. Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat suku laut bangunan tersebut  layak, namun jika dilihat dari Standar Nasional Pendidikan bangunan tersebut tidak layak digunakan untuk proses belajar mengajar. Saat ini mereka baru mendirikan satu kelas dengan jumlah murid 9 orang dan seorang guru PNS Kabupaten Lingga, Tamat SMA Muhammadyah, Golongan II/A.  Dalam proses belajar mengajar mereka hanya menggunakan fasilitas sederhana, tidak berseragam, tidak menggunakan sepatu, hanya menggunakan meja, kursi,  buku dan papan tulis kapur. Warga suku laut yang mengikuti pendidikan menggunakan pakaian sehari hari.
Pulau tersebut tidak memiliki sumber air tawar sehingga masyarakat setempat minum air dengan menampung air hujan atau di supply dari luar. Begitulah nasib masyarakat daerah terpencil. Mereka memiliki antusias yang sangat tinggi dalam mengenyam pendidikan. Mereka ingin berperan dalam memajukan dan mengembangkan suatu negara. Namun jika ingin mengangkat harkat dan martabat pendidikan anak suku laut harus ada program afirmasi atau kebijakan khusus dari pemerintah kabupaten Lingga karena menyangkut Indogenous Peoples (suku asli) dan habitat orang suku laut yang khas. Oleh karena itu masyarakat suku laut harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Pemerintah Kabupaten Lingga perlu melakukan pembangunan sarana dan prasarana meskipun tidak 100% sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.(ROSSE)