JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Kisah Kesuksesan Dr. Tirta, Berawal Dari Tukang Gorengan Sampai Memiliki Bisnis 47 Cabang

Sumber: www.instagram.com/dr.tirta

Jurnalikanews – Tirta Mandira Hudhi atau biasa dikenal dengan Dokter Tirta menceritakan kisah suksesnya sebelum menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini. Pria kelahiran Surakarta ini memiliki title Dokter yang ia dapatkan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 

Dokter Tirta ini memiliki gaya yang gaul dan sangat kekinian. Ia berasal dari keluarga sederhana dan merupakan anak semata wayang dari orang tua yang bekerja sebagai pegawai bank. Selain berprofesi sebagai dokter dan influencer, pria berkacamata ini juga seorang pebisnis yang belajar secara otodidak, mengingat keluarganya tidak ada yang memiliki background pengusaha.

Sebagai anak tunggal, Dr. Tirta mendapat harapan besar dari orang tuanya. Sejak sekolah, ia aktif mengikuti berbagai perlombaan dan selalu berhasil meraih peringkat tiga besar di SMA Regina Pacis, Surakarta. Kecerdasannya mengantarkan Tirta untuk melanjutkan studi kedokteran di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2009, dan ia lulus dengan predikat cum laude pada 2013.

Setelah menyelesaikan pendidikan kedokterannya, Tirta sempat ditawari beasiswa oleh salah satu dosennya, Profesor Iwan, untuk melanjutkan studi S2 di Jerman sebagai dokter peneliti. Namun, ia merasa belum siap dan memilih mengabdi di Puskesmas Turi dan RS UGM.

Tak hanya di bidang kedokteran, dokter yang dikenal sebagai sosok milenial ini juga meraih gelar magister di Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam waktu 1,5 tahun dengan predikat cumlaude, mengambil program studi Magister Administrasi Bisnis.

Selama masa kuliahnya, Dr. Tirta mulai merintis karier sebagai pengusaha. Ia mencoba berbagai usaha, mulai dari menjual gorengan, gelang Power Balance, jam Monol, hingga flashdisk Minion. Usaha ini ia jalankan untuk mendapatkan tambahan biaya pendidikan.

Ide untuk menjual gorengan muncul dari pengamatan Tirta terhadap kebiasaan mahasiswa yang jarang sarapan. Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk membeli gorengan seharga Rp400 per biji, yang kemudian dijual kembali. Meski sering diejek oleh teman-teman sebayanya, Tirta tetap teguh menjalankan bisnis tersebut. Ketekunan Tirta berbuah hasil. Dalam tiga bulan, ia berhasil mengumpulkan penghasilan sebesar Rp16.500.000 dari hasil penjualan gorengan.

Setelah memperoleh keuntungan dari berjualan gorengan, Dr. Tirta menginvestasikan uang tersebut ke bisnis lain, seperti menjual aksesori berupa jam Monol, gelang Power Balance, dan flashdisk Minion. Bisnis ini pun sukses, dengan seluruh dagangannya laku terjual dan menghasilkan pendapatan sebesar Rp36.000.000.

Di samping kesuksesan bisnisnya, Tirta juga mencatat prestasi gemilang di bidang akademik. Dari semester 1 hingga 3, ia berhasil meraih Indeks Prestasi (IP) 4.00. Namun, kesuksesan ini membuatnya menjadi arogan. Tirta kemudian terjun ke bisnis sepatu, menginvestasikan seluruh uangnya ke supplier dan hanya menyisakan Rp700.000.

Dr. Tirta, yang awalnya mencoba berbagai bisnis seperti menjadi reseller jam tangan Monol, Power Balance, dan flashdisk Minion, menghadapi banyak kegagalan. Puncaknya terjadi ketika ia tertipu dalam penjualan sepatu Macbeth, yang berujung pada kebangkrutan. Dalam kondisi terpuruk, Dr. Tirta terpaksa hidup dalam kesulitan mengonsumsi nasi aking selama sebulan, makan roti berjamur, dan tidur di emperan ruko miliknya.

Namun, kebangkrutan tersebut memaksanya berpikir kreatif untuk bangkit. Ia kemudian mencoba menjual koleksi sepatunya. Sebelum menjualnya, ia mencuci sepatu-sepatu tersebut agar tampak seperti baru. Tak disangka, ide mencuci sepatu ini ternyata diminati banyak orang. Melihat peluang tersebut, Dr. Tirta pun mulai merintis bisnis cuci sepatu sembari melanjutkan kegiatan koas-nya.

Permintaan terhadap bisnis cuci sepatu yang dirintis Dr. Tirta terus meningkat dan sempat viral. Berkat ketekunannya, ia berhasil bangkit dari keterpurukan dan meraih pendapatan yang signifikan. Meski begitu, Dr. Tirta tetap bijak dalam mengelola kesuksesannya. Ia memutuskan untuk mengembangkan bisnis dengan mendirikan toko cuci sepatu yang kini dikenal dengan nama “Shoes and Care,” yang telah memiliki 30 cabang dan agen di Indonesia.

Tak hanya berhenti di situ, Dr. Tirta juga memperluas usahanya dengan membuka layanan titip jual sepatu. Bisnis ini berjalan seiring dengan layanan cuci sepatunya, karena banyak pelanggan yang menitipkan sepatu untuk dijual setelah dibersihkan.

Uniknya, sebagian besar pegawai yang bekerja di bisnis Dr. Tirta berasal dari kalangan jalanan, seperti anak punk, kelompok marjinal, anak putus sekolah, hingga mantan narapidana. Dr. Tirta tidak membeda-bedakan latar belakang dan memperlakukan mereka setara. Ia juga tidak menetapkan persyaratan minimal pendidikan bagi mereka yang ingin bekerja di tempatnya.

Sukses dengan bisnis laundry sepatu, Dr. Tirta, yang juga dikenal dengan panggilan Cipeng, memperluas usahanya ke bidang lain, seperti Titip Jual Sneakers, Cek Legit Sneakers, serta membuka toko ritel sneakers hypebeast.

Sebagai dokter dan influencer, Dr. Tirta memegang prinsip bahwa kesuksesan bisa diraih oleh siapa saja yang bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Semua usaha yang telah ia jalani menjadi bagian dari visi dan misinya untuk membantu serta memberdayakan orang lain. (ARF)

Sumber:
https://kumparan.com/profil-tokoh/profil-dr-tirta-dokter-muda-yang-terkenal-di-kalangan-milenial-22yNSw1MuAR
https://wartaekonomi.co.id/read324944/kisah-dr-tirta-dari-penjual-gorengan-hingga-miliki-bisnis-47-cabang?page=all
https://www.kasirini.id/id/blog/dari-ditipu-bisnis-hingga-menjadi-pengusaha-sukses-kisah-inspiratif-dr-tirta