
Sumber : Helios.id
Jurnalikanews- Dewasa ini kita hidup dalam dunia yang batas antara ruang dan waktu menjadi semakin samar. Hal tersebut dapat terjadi tidak terlepas dari pergerakan teknologi yang kian lama kian cepat, bahkan seperti mendahului kita. Misalnya, Artificial Intelligence yang tanpa kita sadari telah banyak menyelinap ke dalam ceruk-ceruk keseharian kita dan telah menjadi bagian di dalamnya. Hal ini rawan menciptakan ketergantungan pada alat teknologi yang manusia itu sendiri ciptakan. Salah satu contoh fenomena tersebut tentunya membuat kita sadar bahwa perkembangan teknologi, suka tidak suka, tetap harus dihadapi dan diimbangi.
Selain AI, perkembangan teknologi tersebut dapat kita temukan berupa aplikasi-aplikasi yang mendigitalisasi aspek-aspek keseharian kita. media sosial, M-banking, dan online shopping merupakan beberapa contoh besar yang setiap hari tentu kita gunakan keberadaannya. Kegiatan jual-beli digital yang masih terasa aneh pada beberapa tahun lalu, kini telah menjadi hal biasa di masa kini. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan dalam prosesnya membuat hal ini dengan cepat menjadi budaya baru.
Kemudahan yang ditawarkan tentu tidak lepas dari ancaman yang mengincar. Dalam penggunaan media sosial atau M-banking, biasanya kita diminta untuk memberikan email pada pendaftaran akun. Banyak orang yang belum sadar bahwa penggunaan email pada media sosial dan M-banking sebaiknya berbeda. Penggunaan email yang sama tersebut dapat berisiko pada terjadinya penipuan seperti phishing. Phishing adalah teknik penipuan online yang dilakukan dengan menyamar sebagai entitas terpercaya untuk mencuri informasi pribadi korban seperti nama, usia, alamat, kata sandi, nomor kartu kredit, dan informasi identitas penting lainnya. Pelaku phishing dapat menghubungi korban melalui media sosial atau Whatsapp yang mirip dengan akun bank kemudian mengirimkan email berisi link yang dapat menjebak korban mengirimkan data pribadi. Selain phishing, membedakan email media sosial dengan M-banking dapat menghindari resiko bocornya alamat email dan data diri kita ke situs gelap (dark web) oleh oknum e-commerce dan sejenisnya. Kebocoran data diri pada situs gelap dapat membuat kita lebih berisiko terkena pencurian identitas dan penipuan finansial.
Apabila sudah terlanjur menggunakan alamat email yang sama, hal-hal tadi tetap dapat kita cegah. Beberapa di antaranya dengan memeriksa dan tidak langsung memercayai email yang masuk dengan mencocokkan alamat email dan nama pengirim serta menyiapkan autentikasi 2 langkah untuk melindungi akun terkait. Hal ini sangat penting untuk disadari dan dilakukan untuk melindungi kita dari kejahatan yang semakin canggih. Berdasarkan data GreatHorn, 57% organisasi dalam seluruh dunia mengalami percobaan phishing dalam rentang mingguan hingga harian. Sementara data CSO Online melaporkan kerugian sebesar $17.700 per menitnya disebabkan oleh phishing. Data tadi memberikan kita peringatan bahwa penipuan yang dapat terjadi tersebut, meskipun belum terjadi pada diri kita sendiri, ada baiknya kita cegah sebelum kita menjadi korban berikutnya. (NF)
Sumber data : 50+ Phishing Attack Statistics for 2024 Written by Hatice Ozsahan and David Worthington on March 12, 2024