
Jurnalikanews- Serat Centhini yang merupakan kesusastraan Jawa yang aslinya Bernama Suluk Tembangraras, buku ini ditulis dalam bahasa dan tulisan Jawa dalam bentuk tembang Macapat. Penulisan serat ini atas perintah putera mahkota Kerajaan Surakarta yaitu Adipati Anom Amangkunagara III yang kemudian menjadi raja Kasunanan Surakarta dan bergelar Sunan Pakubuwana V yang bertahta pada tahun 1820-1823. Selain sebagai pemrakarsa beliau juga sebagai ketua tim penulisan Serat Centhini tersebut yang dibantu dengan tiga pujangga lainnya dari kerajaan Surakarta yaitu Ranggasutrasna, Yasadipura II dan Raden Sastradipura.
Buku yang selesai ditulis pada 1823 ini terdiri dari 4.000 halaman, disusun dalam 12 jilid. Halaman-halaman dalam Serat Centhini berisi hampir semua tata-cara, adat istiadat, obat-obatan dari herbal, kuliner, cerita, ilmu-ilmu kebatinan, seksologi, pengetahuan alam, agama dan pengetahuan lain yang hidup di kalangan masyarakat Jawa pada abad 16-17. Karena Serat Centhini yang isinya sangat bermacam-macam tersebut maka sering disebut Ensiklopedia Kebudayaan Jawa. Serat Centhini mulai ditulis pada hari Sabtu Paing tanggal 26 Muharam Tahun Je Mangsa VII 1742 AJ dengan sengkalan “Paksi Suci Sabda Aji” atau bulan Januari 1814 Masehi, dan selesai ditulis pada tahun 1823.
Pengetahuan tentang kuliner yang telah ada sejak jaman dahulu dan tercatat dalam Serat Centhini, sampai sekarang beberapa di antaranya masih dapat ditemui. Beberapa macam kuliner tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan kuliner Jawa. Bagi masyarakat Jawa makanan dengan segala jenis maupun nama dan bahannya mempunyai sejarah yang panjang. Makanan atau kuliner sudah disebutkan dalam peninggalan-peninggalan tertulis seperti prasasti dan karya sastra. Berbagai prasasti menyebutkan nama dan fungsi makanan dalam kehidupan masyarakat, misalnya jenis-jenis makanan yang disajikan pada waktu upacara penetapan sima (Haryono, 2002: 179). Seperti halnya disebutkan dalam Serat Centhini berbagai jenis makanan disebutkan serta dalam kesempatan apa makanan itu dihidangkan.
Makanan dalam Serat Cethini dapat digolongkan ke dalam: makanan pokok, makanan nyamikan atau camilan, makanan jajanan, minuman dan buah-buahan. Pada dasarnya bahan untuk pembuatan makanan yang ada pada Serat Centhini disebutkan berasal dari lingkungan masyarakat atau hasil kebun atau ladang para tokoh yang menjamunya. Dari penyebutan nama makanan yang ada dalam Serat Centhini berbagai nama masih eksis sampai sekarang, khususnya dalam kehidupan masyarakat Jawa sendiri. Bahkan lebih dari itu, makanan tradisional itu sampai sekarang menjadi komoditi perdagangan yang bernilai ekonomi.
Pada Pupuh 127, di rumah Ki Pujangkara di negeri Mataram. Nyai Sriyanta, seorang ahli membuat sesaji menguraikan berbagai sesaji. Dalam melaksanakan hajat pemikahan disajikan berbagai hidangan untuk sesaji pada tahap-tahap acaranya, sesaji sebelum memasang tarub. Terdapat hidangan seperti jenang abang, jenang putih, ampo dan lain sebagainya
Pada Serat Cethini juga cukup banyak membahas tentang bahasan seks pada kehidupan orang Jawa. Karena hal ini seks pada masanya menjadi hal yang penting dalam rutinitas orang Jawa sehingga perlu ditulis dalam Serat Centhini, bahwasanya wawasan tersebut perlu untuk pembelajaran pasangan suami istri. Hal ini juga yang mendorong para pujangga Serat Centhini menulis topik atau pengetahuan seputar seks atau senggama yang dibuat sangat vulgar dan apa adanya tanpa menggunakan metafora atau perumpamaan.

Mas Cebolang yang merupakan salah satu tokoh dalam Serat Centhini, ia adalah seorang remaja bertubuh luwes dan berparas elok. Mas Cebolang sering menyulut nafsu wanita maupun pria yang bertemu dengannya, ia pun menyadari dosa-dosanya dan malah memutuskan untuk terjerumus dalam kelakuan-kelakuan yang lebih hina lagi. Ia mengembara bersama empat orang kawannya, pengembaraan itu dipenuhi dengan beragam rupa eksplorasi seksual bersama perempuan maupun laki-laki. Seperti pada saat Cebolang yang berkelana bersama empat kawannya bertemu Adipati Daha saat singgah di Ponorogo, sang Adipati terbawa nafsu melihat keelokan paras Cebolang dan memintanya berhubungan seks.
Perjalanan Cebolang dan keempat santrinya melewati wilayah Sukahatja, Taruwangsa dan sampai Wanagiri. Ki Endraswara menantu Kaji Nurgiri di Wanagiri menyajikan makanan kepada Mas Cebolang bersama para santrinya. Di Wanagiri mereka mendatangi Krajan Paricara dan bertemu dengan demangnya bemama Ken Suwadi, seorang janda muda belum mempunyai anak. Di kademangan ini terjadilah adegan-adegan seks antara Cebolang dengan Ken Suwadi.
Cebolang beserta 4 orang santrinya yaitu Saloka, Kartipala, Palakarti, dan Nurwitri dari Sokayasa mengembara melalui wilayah Banyumas, Cilacap, Sumbing, Mergawati, Rawa pening, Gunung Tidar, Borobudur, Mendut kemudian menuju ke Kerta. Di Kerta ini Cebolang bisa bertemu dengan tokoh-tokoh dari berbagai macam keahlian ilmu pengetahuan. Antara lain Cebolang bertemu dengan ahli keris yang bernama Empu Ki Anom, bertemu dengan ahli karawitan yang bernama Ki Bawaraga, dengan ahli ilmu kuda yang bernama Ki Mardihaswa, bertemu dengan ahli primbon yang bernama Ki Juru Pujangkara, bertemu dengan ahli seni tari bernama Ki Wireng Suwignya, juga bertemu dengan Nyai Sriyanta, seorang ahli membuat sesaji dan lain sebagainya.
Dalam Serat Centhini Pupuh 182-183 mengupas tentang primbon jodoh dengan menghitung hanacaraka dan hari baik untuk menikah. Sistem perhitungan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai aksara Jawa huruf hidup dari nama lengkap tiap-tiap calon mempelai. Selain menggunakan aksara Jawa tersebut terdapat pula cara dalam menghitung weton kelahiran seseorang.
Pembagian berikutnya dalam Serat Centhini adalah Pawukon yang merupakan rumusan perhitungan waktu, baik hari, pasaran, bulan ataupun tahun. Lalu ada pengobatan yang merupakan wejangan pengobatan tradisional. Juga ada wirid yang biasanya berupa sastra Weda, sebagai sugesti, larangan yang menuju ke suatu titik mistik. Yang bertujuan agar terciptanya keharmonisan manusia Jawa dengan sesamanya, alam semesta dan Tuhan.
Dalam Serat Centhini masih banyak berbagai pengetahuan ataupun kisah-kisah pada zaman dahulu, untuk mengetahui lebih lengkapnya lagi kalian bisa membaca buku Serat Centhini yang sudah tersebar di berbagai toko buku atau perpustakaan dan juga dapat menonton video-video yang mengulas mengenai Serat Centhini lebih lengkap lagi. (AJ)