

Gambar : Wikipedia
Jurnalikanews- Setiap orang tentu mengetahui atau setidaknya pernah mendengar tentang Kekaisaran Romawi. Bagaimana tidak, kekaisaran yang didirikan pada tahun 27 SM hingga berakhir pada 1453 Masehi dalam nama Kekaisaran Bizantium meninggalkan banyak sekali kebudayaan serta pembelajaran dalam sistem pemerintahan dan kepemimpinan. Setiap Kaisar yang memimpin Kekaisaran Romawi tentunya bukan orang biasa, namun diantara Kaisar tersebut terdapat lima kaisar yang dikenal akan kebijaksanaan dan kebaikannya hingga digaungkan sebagai ‘5 Kaisar Baik Romawi’ atau The 5 Good Emperors. Dibawah kepemimpinan mereka Kekaisaran Romawi makmur dan merasakan masa kejayannya.
Marcus Cocceius “Nerva” Caesar Augustus (96-98 M)

Marcus Cocceius Nerva Caesar Augustus yang pada saat itu merupakan seorang pengacara terhormat dinobatkan sebagai Kaisar oleh Senat pada tanggal 18 September 96 M setelah pembunuhan Domitianus. Setelah menduduki Kekaisaran, tidak banyak yang bisa Nerva lakukan selain memperbaiki permasalahan para pendahulunya. Dia memulai kepemimpinannya dengan memberikan amnesti kepada mereka yang diasingkan dari Roma oleh Domitian dan dia bahkan mengembalikan property milik mereka. Jaringan informan Domitianus dihancurkan, serta beberapa mata-mata dieksekusi. Dia melarang praktik penuduhan tak berdasar, membebaskan rakyat dari pajak yang tinggi dan toleran terhadap orang Kristen.
Pada kepemimpinannya yang singkat Nerva tidak mengabaikan rakyat jelata. Dia mencoba meringankan beban rakyat jelata dengan membeli banyak tanah dari pemilik tanah yang kaya dan menyewakannya kepada orang Romawi yang membutuhkan. Dia juga memberikan dana khusus untuk mendidik anak-anak dari keluarga miskin. Keputusannya dalam reformasi pendidikan serta kepeduliannya terhadap orang miskin membuat Nerva memperoleh gelar ‘Baik’.
Ketika menjadi kaisar, Nerva berusia 65 tahun dan memiliki kondisi tubuh yang lemah serta memiliki kecanduan meminum anggur. Sementara Kaisar sebelum Nerva, Domitianus memerintah dengan tangan besi, Nerva tidak mengekang orang dan justru membebaskan orang untuk bertindak sesuka mereka. Nerva menunjuk Trajan sebagai penerusnya pada Oktober 97 M. Nerva menderita stroke saat pertemuan pribadi. Tak lama kemudian dia terkena demam dan meninggal di vilanya di Gardens of Sallust, pada 28 Januari 98 M.
Imperator Caesar Nerva Traianus “Trajan” Divi Nervae filius Augustus (98-117 M)

Sebagai penerus dari Nerva, Trajan diangkat menjadi kaisar oleh senat pada 27 Januari 98 M. Trajan lahir di dekat Seville, Spanyol pada tahun 52 Masehi yang membuatnya menjadi Kaisar Romawi pertama yang tidak dilahirkan di Italia. Dia terkenal sebagai komandan militer yang luar biasa dan mengambil alih komando Legiun Ketujuh di Spanyol Utara pada usia muda.
Trajan melanjutkan upaya Nerva untuk memperbaiki permasalahan yang ditimbulkan oleh pendahulunya. Dia memberikan hak memilih kepada rakyat, hak kebebasan berbicara dan bertindak kepada senat serta memulihkan otoritas hakim. Dia menghapus hukum pengkhianatan (lex maiestatis). Dia mendukung perkembangan sastra dan seni. Ia juga memiliki keinginan untuk meringankan kondisi orang miskin.
Trajan memperluas kekaisaran yang sebelumnya tidak pernah dilakukan secara signifikan sejak kematian Augustus kecuali penaklukan Inggris. Dia memiliki hasrat untuk berperang dan salah satu kampanyenya yang paling terkenal yaitu penaklukan Kerajaan Dacia. Dia kemudian memperluas kekuasaannya ke Asia, dan menaklukkan Armenia, Mesopotamia, dan Asyur, yang diperoleh dari kemenangan melawan Parthia. Di bawah pemerintahan Trajan, wilayah Kekaisaran Romawi mencapai titik tertinggi.
Banyak sejarawan menilai Trajan sebagai salah satu Kaisar Romawi terhebat karena dia adalah seorang negarawan yang sangat baik, administrator yang efektif, dan seorang jenderal yang luar biasa. Selama masa pemerintahannya, banyak jalan yang dibangun untuk membantu warga provinsi, dan dia memperbaiki pelabuhan Italia. Trajan juga meningkatkan pasokan air kota dan membangun dua pemandian baru dimana salah satunya dirancang khusus untuk wanita. Seni Romawi juga mengalami masa puncaknya selama pemerintahan Trajan.
Pada tanggal 9 Agustus tahun 117 M, Kaisar Trajan meninggal karena stroke dalam perjalanan dari Syria ke Roma.
Publius Aelius Hadrianus “Hadrian” Augustus (117-138 M)

Setelah kematian Trajan, Hadrian yang juga diangkat sebagai penerus, dinyatakan menjadi Kaisar. Menurut sejarawan Cassius Dio, Trajan tidak mengangkat Hadrian sebagai penggantinya bahkan hingga kematiannya. Istri Kaisar Trajan, Plotina merahasiakan kematian Trajan selama beberapa hari. Sementara itu, dia mengirim surat palsu ke Senat yang menyatakan Hadrian sebagai kaisar baru. Terlepas bagaimana cara Hadrian terpilih sebagai kaisar, dia terbukti pantas dan memiliki kapabilitas menjadi salah satu kaisar terbaik.
Hadrian tidak memiliki pandangan bahwa Roma memiliki misi untuk menaklukkan dunia tetapi untuk meningkatkan kebudayaan rakyatnya sendiri. Oleh karena itu, dia melepaskan wilayah yang sebelumnya ditaklukan oleh Trajan yakni provinsi Armenia, Mesopotamia, dan Asyur. Dia menyatakan bahwa kebijakan Trajan di Timur adalah kesalahan besar. Dia secara terbuka mengaku berpegang teguh pada kebijakan Augustus, yaitu untuk meningkatkan kemakmuran kekaisaran daripada memperluasnya.
Tidak seperti kebanyakan kaisar pendahulunya, Hadrian selalu siap dan bersedia untuk meminta nasihat. Dia dikenal karena sikap yang dimilikinya dalam menghormati Senat serta dikelilingi orang-orang terpelajar. Salah satu pencapaian terpentingnya adalah menyusun hukum Romawi menjadi satu koleksi yang dikenal sebagai Dekrit Abadi (Edictum perpetuum).
Hadrian juga dikenal dengan simpatinya kepada rakyat provinsi, di bawah pemerintahannya, para provinsial mencapai tingkat kemakmuran dan kebahagiaan yang tinggi. Dia kerap kerap kali mengunjungi langsung provinsi-provinsi untuk mengetahui keadaan langsung serta menindak kejahatan-kejahatan yang terjadi di provinsi. Selama masa pemerintahannya Sebagian besar waktu dia habiskan untuk mengunjungi provinsi, bahkan dua per tiga waktu pemerintahannya dia habiskan di luar italia.
Pada usia 62 tahun, kesehatan Hadrian menurun dan meninggal karena usia pada 10 Juli tahun 138 M. Pada awalnya Hadrian memilih Lucius Ceionius Commodus sebagai penerusnya, namun Lucius meninggal pada Januari 138 M. Sebulan setelahnya Hadrian mengangkat Antoninus Pius.
Titus Aelius Hadrianus Antoninus “Antoninus Pius” Augustus Pius (138-161 M)

Antoninus Pius dilahirkan di Lanuvium pada tanggal 19 September 86 M. Dia mendapatkan julukan ‘Pius’ karena penghormatan yang ia lakukan kepada ayah angkatnya yakni Hadrian setelah dia meninggal dan Antonin menjadi kaisar. Pada masa kepemimpinannya, tidak begitu banyak hal yang terjadi di Kekaisaran Romawi, dengan kata lain dia berhasil mempertahankan keadaan yang stabil dan damai. Antonin tidak berasal dari militer, bahkan selama dia menjadi kaisar, dia tidak pernah berinteraksi langsung atau mengomandokan pasukan Roma. Dia mempercayai jendral-jendralnya dalam hal militer.
Ketika istrinya meninggal pada 140/141 M, Antonin mendirikan Puellae Faustinianae, yaitu sebuah badan amal untuk mengenang istrinya. Badan amal itu bertujuan untuk membantu para perempuan dari keluarga miskin. Meskipun Antonin bukan negarawan setingkat Hadrian, dia memiliki keterampilan strategis dan ekonomi yang berhasil menjaga kekaisaran dalam kondisi stabil, makmur dan damai. Dia bahkan turun tangan untuk mencegah penganiayaan terhadap orang Kristen di Tesalonika dan Athena.
Hal yang paling menonjol dalam pemerintahan Antonin ialah di bidang hukum. Dia menanamkan prinsip bahwa “setiap orang harus dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah”. Antonin juga menyatakan bahwa seseorang tidak berhak membunuh budaknya sendiri daripada budak orang lain. Dia juga menyatakan bahwa budak dapat diambil paksa dari majikannya dan dijual jika terus menerus dianiaya. Banyak orang terpelajar percaya bahwa pemerintah imperial Kekaisaran Romawi mencapai puncaknya selama pemerintahan Antonin karena ia merupakan Kaisar yang mendekati tujuan menjadi perwujudan negara. Pemerintahan Antonin menjadi gambaran nyata dari pemerintahan ‘otokrasi paternal’, yakni pemerintahan di tangan seorang penguasa tunggal, tetapi dijalankan semata-mata untuk kepentingan rakyat. Kaisar dipandang sebagai perwujudan negara, personifikasi hukum, dan pendukung keadilan, kesetaraan, dan perdamaian dalam negri.
Pada 7 Maret 161 M di usia 74 tahun, Antonin meninggal karena sakit dan dilanjutkan kepemerintahannya oleh anak angkatnya Marcus Aurelius dan Lucius Verus sebagai co-Kaisar.
Marcus Aurelius Antoninus Augustus (161-180 M)

Marcus Aurelius adalah anak angkat Antoninus Pius dan naik takhta saat ayahnya meninggal. kaisar baru ini ialah seorang filsuf. Marcus lahir di Roma pada tanggal 26 April 121 M dan pada saat berusia 17 tahun, dia dinobatkan sebagai salah satu dari dua penerus Antoninus Pius oleh Kaisar Hadrian. Oleh karena itu, dia memiliki Pendidikan khusus selama hampir seperempat abad sehingga ia memiliki kesiapan ketika menjadi kaisar.
Meskipun Marcus telah diangkat sebagai kaisar penuh pada tahun 161 M, dia bersikeras untuk saudara angkatnya Lucius Varus berbagi takhta dengannya. Varus menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya di militer dan bertempur di Armenia dan Mesopotamia sekitar tahun 162 dan 166 M. Selanjutnya dia bergegas ke Pannonia. Dia meninggal karena stroke dalam perjalanan kembali ke Roma pada tahun 168 M, pada akhirnya Marcus secara resmi menjadi satu-satunya penguasa Roma.
Marcus mempelajari stoikisme, dan dirinya menjadi perwujudan tertinggi dari prinsip-prinsip stoikisme. Dia bijaksana, berani, adil, dan sederhana. Dalam apa pun yang dia lakukan, dia bertindak berdasarkan rasa tanggung jawab yang murni. Karakternya sebagai ‘orang’ tidak diragukan lagi, bahkan lebih besar dari kemampuannya sebagai negarawan.
Berbeda dengan pemerintahan Antoninus Pius yang damai dan stabil, masa pemerintahan Marcus sebagai kaisar dikenal dengan wabah dan kelaparan terburuk dalam sejarah Roma hingga saat itu. Penyakit yang terjadi berasal dari prajurit yang bertugas di Timur. Sebagian besar penduduk Kekaisaran menjadi korban keganasan penyakit itu. Marcus harus menghadapi kemungkinan kehancuran Kekaisarannya dari ancaman internal dan eksternal, namun pada akhirnya ia berhasil mempertahankan keutuhan Kekaisaran Romawi.
Marcus menerima berbagai kritikan karena Tindakan penganiayaan kepada orang Kristen. Dia menuduh agama Kristen sebagai penyebab dari berbagai permasalahan di dalam Kekaisaran. Meskipun dia membiarkan orang-orang yang sudah meninggalkan agama Kristen, dia memerintahkan eksekusi kepada mereka yang masih beragama Kristen.
Marcus menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya melawan invasi ke perbatasan Romawi oleh Parthia di Timur dan Jerman di Utara. Meskipun ancaman Parthia ditangani pada awal pemerintahannya, suku-suku barbar di Utara yakni Marcomanni dan Quadi memberikan perlawanan yang keras hingga 14 tahun. Dia menghabiskan sisa waktunya untuk berperang melawan suku-suku Jerman di Utara, hingga akhirnya Marcus wafat di kampnya di Vienna pada 17 Maret 180 M.
Wafatnya Marcus Aurelius menandakan berakhirnya era ‘5 Kaisar Baik Romawi’. Penerus Kekaisaran Romawi setelah Marcus ialah anaknya sendiri yakni Commodus, dimana Kekaisaran Romawi mulai mengalami masa kehancurannya.
Banyak sekali yang bisa kita pelajari dan terapkan dari kepemimpinan dan karakter 5 Kaisar Baik ini. Sikap bijaksana, dermawan, sederhana, adil, tegas dan berani menjadi hal penting yang harus kita miliki. Kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki oleh kelima kaisar tersebut tidak menjadikan mereka buta atau bahkan rakus, namun mereka menggunakan hal tersebut untuk menerapkan apa yang telah mereka terapkan dalam diri sendiri kepada rakyatnya. (IHZ)