JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

PERPOLITIKAN INDONESIA DALAM PEKAN POLITIK 2018

pekan politik
Jurnalikanews- Pekan Politik 2018 yang telah berlangsung pada 21 s/d 23 November  2018 ini bertemakan “Aktualisasi peran mahasisa yang kreatif dan peduli menuju generasi kritis dan bermoral“. Acara ini terdiri atas tiga rangkaian kegiatan yaitu Lomba Antar Keluarga, Diskusi Publik, dan Diskusi Mata Hada yang berlangsung selama 3 hari berturut turut dengan tema  yang berbeda di setiap kegiatan.
Pekan Politik hari pertama pada Rabu (21/11) diawali dengan Lomba Antar Keluarga yang terdiri atas Lomba Debat dan Orasi Ilmiah. Kegiatan ini bertujuan menyampaikan keresahan politik yang ada di Indonesia dan internal kampus kepada masyarakat kampus. Lomba Debat ini mengusung  beberapa topk yaitu kenaikan UKT, Mantan narapidana bisa mendaftar sebagai calon anggota legistatif, BBM naik, Diberhentikannya reklamasi Teluk Jakarta, LGBT dan Mosi rahasia untuk babak final.
Pada hari kedua (22/11) yaitu Diskusi Politik dengan pemateri Felix Martha, S.Sos dengn pembahasan aktualisasi peran mahasiswa terhadap politik Indonesia yang sedang mencoba menerapkan Aktivis ditingkat yang lebih tinggi. “ Dengan berlangsungnya acara ini, memberikan saya motivasi untuk lebih mengimplementasikan fungsi mahasiswa sebagai Agent of Change yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat, menilik dari semakin amburadulnya keadaan perpolitkan Indonesia” Ujar salah seorang mahasiswa.
pekpol
Rangkaian acara ini ditutup dengan Diskusi Mata Hada pada hari terakhir yang juga merupakan acara puncak dari rangkaian acara Pekan Politik 2018. Diskusi ini terfokus pada tema “Perpolitikan Indonesia, Selaraskah Atau Melenceng Dari Pancasila” yang berlangsung di Gedung B lantai 3, Aula Politeknik AKA Bogor (23/11/2018). Diskusi ini membahas keadaan perpolitikan di Indonesia yang dipertanyakan keselarasannya dengan pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Naufal Syuhada ini, pembahasan terkait dengan pelanggaran-pelanggaran politik di Indonesia dibahas bersama oleh beberapa pemateri yaitu Presiden Mahasiswa dari Universitas Juanda, STEI TAZKIA, STEI SEBI dan Ketua BEM Universitas Negeri Jakarta
“Dari diskusi Mata Hada ini, saya menyimpulkan bahwa perpolitikan di Indonesa masih belum selaras dengan Pancasila karena masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, tetapi sejatinya jawaban yang sesungguhnya tidaklah sesederhana itu, sehingga perlu pembahasan yang lebih lanjut”. Ujar Zahro, Mahasiswa Politeknik AKA Bogor.
Ketua Pelaksana Pekan Politik 2018 Rendy Pratama, mengatakan bahwa pada diskusi mata Hada ini, semua hal terkait pelanggaran politik dapat didiskusikan baik politik kampus, politik daerah, dan politik nasional dan setelah sesi diskusi Mata Hada selesai, audiens pun dapat mengajukan pertanyaan kepada pemateri.
Rendy juga berharap bahwa dengan adanya acara ini, diharapkan minat mahasiswa tentang politik dapat meningkat. Hal ini bisa dimulai dari lingkup kecil contohnya agenda terdekat yaitu pemilihan Presiden Mahasiswa dan pergantian Direktur Politeknik AKA Bogor. (ARW/els)