Jurnalikanews- Tak terasa sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Ramadhan disebut sebagai bulan yang penuh berkah, dimana amalan yang diperbuat akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT. Salah satu amalan di bulan Ramadhanadalah sholat tarawih. Hukum pelaksanaannya adalah sunnah Mu’akkadyang berarti sangat dianjurkan sekali untuk dikerjakan.
Dilansir dari Tempo.CO, CNN Indonesia, Liputan6.com, Rencana pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sudah disusun sejak pekan lalu untuk mengadakan sholat tarawih akbar di Monas (Monumen Nasional) terpaksa dibatalkan, karena menuai kritik dari beberapa organisasi Islam. Salah satu kritik datang dari Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia Pusat yaitu Cholil Nafis. Ia mengatakan tarawih di lapangan tak dibenarkan menurut syariat Islam, dan menyarankan agar pemerintah DKI menggelar tarawih akbar di Masjid Istiqlal saja. Pembatalan rencana tarawih akbar tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Sandiaga Uno pada hari Senin, 21 Mei 2018, beliau mengatakan hal tersebut diputuskan setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempertimbangkan kritik dan saran dari para ulama.
Selain karena pandangan ulama, pembatalan tarawih akbar di Monas dikarenakan juga terkait keamanan. Mengenai keamanan. “Akhirnya setelah mempertimbangkan, kami ikut saran ulama. Kami juga berkoordinasi dengan Masjid Istiqlal apakah bisa melakukan koordinasi supaya bisa menggelar buka puasa dan tarawih” Ujar Sandi saat ditemui di Kantor Pusat Indosat, Jakarta Pusat, Senin (21/5).
Para ulama juga menyampaikan bahwa lebih banyak manfaat untuk melaksanakan sholat tarawih di masjid dan juga lebih banyak mudaratnya jika sholat tarawih di lapangan terbuka seperti di Monas.
Niat Pemprov DKI untuk mengadakan sholat tarawih akbar di Monas adalah memfasilitasi cara tarawih yang bisa mewujudkan kebersamaan serta bisa mempersatukan umat. Hanya saja, dengan alasan tersebut malah menuai banyak dari kalangan ulama, bahkan dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Karenaalasan sholat tarawih di Monas untuk mempersatukan umat Islam dianggap bias. “Jika niatnya untuk mempersatukan, ada tempat yang lebih representatif dan selama ini telah menjadi simbol kebanggaan serta pemersatu umat Islam di Indonesia” ujar salah satu ulama.(lz)
- Instgram : @Jurnalika
- Line : @igx5444h
- Website : jurnalika-News.com
- Twitter : @jurnalika
- Facebook : Jurnalika Bogor
- YouTube : Jurnalistik Politeknik AKA