Jurnalikanews– Bagaimana menurut teman-teman mahasiswa/i Politeknik AKA Bogor mengenai kondisi lapangan parkir GOR atau yang biasa kita sebut LPG, saat ini?. Beragam pendapat, saran, dan kritik muncul bila ditanya mengenai hal tersebut. Utamanya mengenai pemasangan pagar seng yang bertujuan untuk memisahkan lahan parkir kendaraan yang ber-kepentingan dalam proses pembangunan gedung baru dengan lahan parkir kendaraan mahasiswa/i Politeknik AKA Bogor.
Sebenarnya apa masalah utama yang sedang terjadi di lapangan parkir GOR tersebut?. Beberapa mahasiswa/i mengeluhkan mengenai sempitnya LPG kini setelah adanya pemasangan pagar pembatas. Lahan parkir GOR sebelum adanya pemasangan pagar seng tersebut, mahasiswa biasa memarkir kendaraan motornya dibawah pohon dekat gedung perkuliahan (Gedung C), didepan laboratorium lama (D) dan beberapa motor yang diparkir dekat plang titik kumpul di depan GOR. Setelah adanya proyek pembangunan gedung baru di samping GOR tersebut maka atas permintaan dari kontraktor, pihak akademik setuju untuk memasang pagar pembatas yang bertujuan untuk menyediakan tempat parkir kendaraan yang bersangkutan serta untuk melindungi kendaraan yang dibawa oleh mahasiswa/i setiap harinya untuk berangkat ke kampus dari lalu lalang kendaraan berat, seperti truk dan mobil molen yang melewati lahan parkir tersebut. Pemasangan pagar pembatas ini menimbulkan beberapa tanggapan dari mahasiswa/i Politeknik AKA Bogor.
“Setuju tidak setuju sih sebenarnya dengan adanya pagar tersebut. Setujunya ya untuk menyediakan parkir buat kendaraan berat yang digunakan untuk pembangunan gedung baru. Tidak setujunya, dengan adanya pagar tersebut, karena lahan parkiran motor mahasiswa LPG menjadi lebih sempit dari sebelumnya, karena sebagian besar lahannya dipakai untuk parkir kendaraan berat tersebut. Kalau bisa pembatas pagar tersebut dimundurkan sedikit lagi kearah GOR untuk memberikan sedikit lagi tempat untuk mahasiswa memarkir kendaraannya,” ujar AF salah satu mahasiswa tingkat tiga, ketika ditanya mengenai kondisi LPG saat ini. Beberapa mahasiswa juga mengeluhkan hal yang sama atas hal tersebut.
Inilah apa yang dirasakan oleh mahasiswa/i pada umumnya mengenai dampak yang ditimbulkan dengan adanya proyek pembangunan gedung baru yang sedang berjalan. Apakah ini sepenuhnya salah akademik?, apakah ini menjadi sepenuhnya tanggung jawab akademik dengan adanya keluhan yang datang mengenai kondisi parkiran LPG yang kini mahasiswa harus rela dibagi dua lahan parkir mereka dengan lahan parkir kendaraan berat yang sedang mengemban tugas mulianya untuk memajukan infrastruktur kampus tercinta kita?
Mungkin kita harus memikirkan kembali mengenai pendapat atau tanggapan yang dijelaskan oleh Bapak Dede, selaku bagian umum kampus, yang sehari-harinya berperan dalam pengelolaan tata parkir semua kendaraan di kampus Politeknik AKA Bogor. “Mengenai pendapat menjadi sempitnya atau terlihat tidak rapi lahan parkiran LPG tersebut, saya bertanya apakah dengan tidak adanya pembatas pagar seng tersebut maka parkiran mahasiswa akan menjadi rapi? Meskipun dengan tidak adanya pagar seng tersebut lahan parkir akan menjadi luas seperti sebelumnya, tetap saja parkiran yang dahulu dan sekarang selalu terlihat tidak rapi. Selama ini bila ada keluhan mengenai parkiran kendaraan di LPG selalu terlihat tidak rapi itu karena kesalahan mahasiswa/i yang tidak meletakkan atau memarkir kendaraannya dengan rapi. Sehingga berdampak menjadi terlihat sempit lapangan parkir tersebut”, ujarnya. “Bila saja dari mahasiswa/i secara sadar diri mau memarkir kendaraannya dengan rapi tentu walaupun sekarang ini lahan parkiran diberi pembatas berupa pagar seng tidak akan ada masalah, karena kendaraan diparkir seusai dengan tempatnya dan rapi berjejer dalam satu arah yang sama” beliau menambahkan. Menurut beliau, berkurangnya lahan parkir dapat disiasati oleh mahasiswa/i dengan memarkir kendaraannya dngan rapi dan sesuai peruntukan parkir mahasiswa. Bila dirasa masih kurang, mahasiswa/i dapat memarkir kendaraannya di sekitar gedung E.
Mengenai parkiran LPG ini sudah sepatutnya untuk kita saling instropeksi diri bila menginginkan tempat parkir yang rapi dan nyaman untuk digunakan oleh semua mahasiswa/i. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada pihak akademik mengenai kondisi LPG saat ini yang sedang terganggu oleh proyek pembangunan gedung baru, karena pemasangan pagar tersebut juga untuk kebaikan mahasiswa/i dan untuk proyek agar tidak terganggu kinerja mereka. Pihak akademik tidak mungkin selalu merapikan parkiran mahasiswa karena masih banyak hal lain yang lebih diprioritaskan untuk dilakukan. Peraturan seketat apapun tidak akan pernah berhasil dijalankan bila tidak ada kesadaran dari masing-masing orang untuk mematuhinya.
Sementara itu, aspal parkiran LPG yang saat ini dalam kondisi perlu dilakukan perbaikan jalan, menurut pernyataan Bapak Dede, memang dari pihak akademik sudah ada rencana untuk itu namun masih belum diketahui secara pasti kapan akan terealisasikan. Mengingat masih banyak hal lain bagi akademik untuk dipenuhi urusannya, seperti menunggu proyek pembangunan gedung ini selesai atau setelah proyek-proyek lain kedepannya yang lebih penting dari memperbaiki aspal parkiran LPG. Namun, kendala utama dari berbagai macam proyek pembangunan infrastruktur kampus yaitu masalah keuangan atau dana. Karena dana yang diminta oleh kampus kepada pemerintah tidak serta merta bisa langsung terealisasikan, sehingga pihak kampus tidak bisa langsung melaksanakan berbagai macam proyek pembangunan yang sudah direncanakan.
Untuk keaadaan parkiran LPG saat ini, daripada terus menerus mengeluh menyalahkan keadaan tidak berujung, mengapa tidak dimulai dari diri kita masing-masing untuk lebih disiplin dalam hal apapun, sekecil apapun itu termasuk dalam hal memarkir kendaraan kita demi kebaikan dan kenyamanan bersama, bukan? (IFD/IR)